
Senin, 29 September 2008 , 10:21:00
Menikmati Sahur Bersama Ilman Nafian
Umumnya usaha kecil-menengah (UKM), dijalankan dengan manajemen konvensional. Tapi di tangan Ilman Nafian, semuanya jadi beda. Luwai Garment yang ia punya, dikelola dengan manajemen terbuka, dengan menonjolkan sisi religi. Di usia yang keduabelas, usaha konveksi lokal ini tumbuh sehat.
Waktu masih menunjukkan pukul 03.30, ketika tim gerebek sahur Kaltim Post, tiba di kediaman Ilman, di Jl LKMD Batu Ampar, Balikpapan. Ketika tim membuka pagar, Ilman yang sudah menunggu di ruang tamu segera menyambut di depan pintu.
“Nggak susah kan nyari rumah saya,” katanya ramah. Subuh itu, ia ditemani sang istri. “Ayo langsung saja. Nanti keburu imsak,” ajaknya.
Di meja makan keluarga, sudah terhidang aneka makanan. Ada ikan kakap asam-manis, sup kimlo telur puyuh, cah kangkung, ayam bumbu kecap, melinjo. Tak ketinggalan buah-buah segar. “Silakan, seadanya saja,” kata istri Ilman merendah. “Wah, ini lebih dari cukup. Komplit,” kata Trias Chahyo, redaktur pelaksana Kaltim Post yang memimpin tim.
Begitulah, suasana subuh itu begitu akrab. Maklum, bagi Kaltim Post, H.Ilman bukan orang asing. Ia adalah putra dari H. Mas Suleman, mantan pemimpin redaksi Kaltim Post yang pertama. Obrolan pun mengalir lepas.
Topik bahasan makin asyik ketika menyinggung soal usaha konveksi yang kini ditekuni. Dikisahkan, saat awal merintis usaha sekira 12 tahun lalu, diakui begitu berat. Saat itu, masyarakat masih menggemari produk luar, terutama Jawa. Tapi perlahan, semua bisa diatasi.
Pembenahan terus dilakukan, terutama masalah alat produksi. Bagi Ilman, ia tak segan menginvestasi modalnya untuk pengadaan alat produksi itu. Bahkan kini, untuk memproduksi pakaian, sudah didukung oleh 6 unit mesin bordir komputer. “Alat ini sangat membantu,” katanya.
Tak hanya investasi alat produksi, Luwai juga terus melebarkan sayap usahanya. Tak hanya di Balikpapan, Luwai sudah “bermain” di daerah lain, seperti Bontang, Samarinda dan Tarakan. Sekarang bahkan sudah ada rencana masuk ke Bnajarmasin (Kalsel), walau baru divisi marketing. “Tapi ke depan, akan ada cabang produksi di sana. Kita lihat prospeknya dulu,” terangnya.
Menyimak kisah usahanya, ternyata ada konsep manajemen unik yang diterapkan, yakni perpaduan antara sisi duniawi dan rohani. Ilman menyebutnya sebagai manajemen religi. “Iya, saya menekankan kepada karyawan untuk tak sekedar cari keuntungan. Tapi harus dibarengi moral agama. Ini penting untuk menghindari kecurangan di perusahaan,” urainya.
Maka tak heran, jika Ilman membuat anggaran khusus untuk mengirim karyawan mengikuti pelatihan mental semacam ESQ. Begitu juga sebelum memulai keja, ada sesi siraman rohani.
Begitu kental nuansa rohani dan kemanusiaanya, orientasi usaha Luwai diarahkan pada pemberdayaan kaum cacat. Di sini, Luwai berani menerima karyawan yang memiliki keterbatasan fisik. “Ini investasi akhirat. Lagi pula, asal dibina dengan baik, mereka juga bisa kok,” jelas Ilman.
Kini, Luwai sudah menjelma menjadi UKM yang cukup berhasil. Setidaknya itu tergambar dari jumlah karyawan yang mencapai 150 orang, kemampuan produksi yang mencapai 20.000 lembar kaos per bulan (belum termasuk jumlah produk non kaos), serta mampu menggaji karyawan dengan standar UMR. “Alhamdulillah, ini semua berkat kerja keras karyawan juga. Untuk menjaga iklim kerja, saya tidak menjaga jarak dengan karyawan. Artinya, kalau ada keluhan, silakan disampaikan. Semuanya serba terbuka. Dan selama ini, sistem keterbukaan itu berjalan cukup baik,” katanya.
Tak terasa, waktu sahur sudah masuk imsak. Tim pun pamit pulang. Tapi sebelum meninggalkan rumah, H.Ilman memberi kenang-kenangan baju dengan tulisan Gerebek Sahur Kaltim Post. “Ide ini baru datang. Langsung saya buat, dua jam selesai,” katanya tersenyum. (indra nuswa)
Sumber : http://www.kaltimpost.co.id/?mib=berita.detail&id=6933
Tidak ada komentar:
Posting Komentar